Cerita Fabel Jerapah si Panjang Leher yang Sombong

Tolongtangtugas – Hai, apa kabar? Kalian pasti ingin membaca Cerita Fabel Jerapah yang Sombong, kan? Untuk itulah kak Rasyid hari ini sudah membuat ceritanya untuk kalian baca.

Kisah Fabel Jerapah si Panjang Leher yang Sombong ini mempunyai pesan moral dan pembahasan unsur intrinsik fabel di akhir ceritanya. Jadi, sembari belajar membaca. Kamu juga akan belajar tentang bagaimana membangun karakter.

Cerita Fabel Jerapah si Panjang Leher yang Sombong
Cerita Fabel Jerapah si Panjang Leher yang Sombong

Dalam story si jerapah yang sombong nanti terdapat lima tokoh. Pertama, ada Bunbun si jerapah panjang leher yang sombong. Kedua, ada Niko Jerapah muda temannya Bunbun. Ketiga, Miki si badak. Keempat, ada Piku si kakek jerapah, dan yang terakhir ada Lilo si lebah madu.

Baca Juga : Fabel Kerukunan Bertetangga

Penasaran, kan. Yuk, kita baca cerita fabel jerapah yang sombong di bawah ini!

Bunbun si Jerapah Sombong yang Insyaf

Pada suatu padang rumput yang luas dan hijau, hiduplah sekawanan jerapah yang bertubuh tinggi dan besar. Salah satu jerapah itu ada yang bernama Bunbun. Dia adalah jerapah yang paling kekar diatara  kawanan jerapah yang lain.

Bunbun adalah jerapah muda, usianya sekitar 20 tahun. Dia memiliki kaki yang kuat, lehernya panjang dipenuhi totol putih kekuningan yang tampak jelas. Panjang leher yang Bunbun miliki membuatnya berbeda dari teman-temannya.

Berkat leher Bunbun itu, ia menjadi jerapah yang paling menonjol. Jika yang lain bisa makan daun di atas pohon yang tingginya hanya 5 meter, Bunbun bisa lebih. Ia bisa memakan dedaunan yang segar dengan ketinggian 7 meter dengan fisik lehernya yang panjang.

Namun sayang, kelebihan yang Bunbun punyai membuatnya lupa diri. Dia menjadi hewan yang sombong.

Bunbun : “Hahaha, dasar jerapah pendek. Makan daun di atas saja tidak bisa.” Kata Bunbun pada Niko temannya.
Niko : “Jangan begitu, dong. Omonganmu tidak enak didengar, kawan.” Balas Niko.
Bunbun : “Loh, memang kenyataan, bukan. Suruh siapa lehermu pendek, tidak sepanjang leher milikku.” Tambah Bunbun.

Mendengar jawaban Bunbun, Niko tidak membalasnya. Dia tidak ingin diejek lagi oleh Bunbun si jerapah yang sombong. Ia lantas melanjutkan makan daun-daun yang bisa dijangkau lehernya.

Di waktu yang lain, kejadian yang serupa juga pernah dialami oleh Miki dan Piku. Dua hewan itu juga sering mendapat cemoohan dari Bunbun. Contohnya, Miki si badak. Lima hari lalu saat dia bermain di padang rumput, Bunbun dengan sengaja mengejek kaki Miki yang pendek.  Miki dibuatnya malu pada hewan-hewan disana.

Bunbun : “Hei, Miki. Lihat, aku. Aku bisa makan dedaunan di atas sini. Kamu bisa, tidak?” tanya si jerapah sombong itu.
Miki : “Aku tidak bisa makan daun di atas situ. Tubuhku tidak seperti badanmu yang tingi.” Jawab si badak.
Bunbun : “Oh, iya. Aku lupa. Kakimu kan Cuma sejengkal. Hahaha ...” Ejek si jerapah sambil tertawa.

Mendengar ejekan Bunbun, Miki terlihat malu. Dia tidak bisa membela diri. Ia lantas pergi meninggalkan tempat Bunbun mempermalukannya.

Si badak pindah ke kawanan hewan lain yang mau menerimanya dengan tenang. Tidak ada ejekan. Disana dia bisa makan tanpa melihat si jerapah yang mengolok-oloknya. Kebersamaan sambil mengisi perut begitu nyaman. Mereka makan sambil berdampingan.

Di tempat yang baru tadi, Miki bertemu Piku si kakek jerapah. Miki bercerita padanya bahwa ada jerapah muda yang sombong. Jerapah muda itu telah membuatnya malu pada hewan-hewan di tempat makan sebelumnya.

Sang kakek jerapah kemudian menceritakan pengalamannya. Piku si kakek jerapah bercerita bahwa dirinya pun pernah dibuat jengkel oleh kelakuan Bunbun. Jerapah sombong itu pernah mengusirnya pindah mencari tempat makan lain.

Kakek jerapah : “Seminggu yang lalu, aku mencari makan di pohon akasia di tengah padang rumput disana. Tidak sengaja aku berjumpa dengan Bunbun. Dia mengusirku. ‘Kamu ini kakek tua, tidak pantas makan daun akasia yang enak ini’, Katanya padaku.”
Miki : Lalu, kakek pergi?” Tanya si badak.
Kakek jerapah : “Iya, kakek pergi meninggalkannya. Buat apa meladani hewan congkak seperti itu.” Jawab si kakek.
Miki : “Lantas kakek pergi kemana?” Sambung Miki.
Kakek jerapah : “Ya, mau bagaimana lagi. Kakek pindah mencari daun-daun pohon akasia lain yang bisa dimakan.” Ujar sang kakek.

Sang kakek jerapah pun bercerita panjang lebar hingga di menemukan daun yang bisa ia makan kala itu. Walaupun hatinya tersakiti, dia tidak mau terlarut di dalamnya. Piku si kakek jerapah banyak mengajarkan Miki tentang kesabaran. Disamping itu, ia juga memberi tahu Miki tempat-tempat makan yang enak di padang rumput.

Miki banyak belajar dari cerita-cerita kakek jerapah. Dia ingin menjadi hewan yang baik hingga akhir hidupnya. Namun, tidak dengan Bunbun. Ia masih saja congkak pada hewan-hewan yang dijumpainya. Hingga suatu hari, satu kejadian membuatnya berubah.

Jerapah sombong itu sangat lapar. Kemudian dia bergegas mencari daun-daun muda di atas ranting pohon untuk dimakan. Ia begitu rakusnya memakan dedaunan, sampai-sampai tanpa sengaja menyenggol Lilo si lebah madu yang menghisap sari bunga di atas pohon akasia.

Lilo : “Hei, pelan-pelan. Aku juga sedang makan di atas sini.” Tegur si lebah.
Bunbun : “Heh, siapa kamu hewan kecil. Berani-beraninya menegurku.”  Balas si jerapah.
Lilo : “Kamu ini sudah salah masih ngotot. Bukannya minta maaf, malah menantangku.”
Bunbun : “Berani kamu, ya. Kupukul kau.”

Jerapah sombong itu pun mengayunkan lehernya kearah Lilo. “Brus, Brus, Brus”, suara leher Bunbun mengenai bunga aksia yang dihinggapi Lilo hingga ia terpental.

Bunbun : “Rasakan kamu hewan kecil. Nantangin aku, sih!” Kata si jerapah dengan congkaknya.

Lebah madu yang diganggu oleh Bunbun tadi pergi. Ia tidak terima diperlakukan kurang baik oleh si jerapah. Alhasil dia pun terbang menjauh dari tempatnya menghisap sari bunga.

Akan tetapi, dia pergi bukan sekedar untuk menghindar. Lilo si lebah menemui teman-teman lebah madunya. Dia berhasil mengajak mereka dan berencana memberi pelajaran pada si jerapah yang mengganggunya.

Tak lama kemudian, ratusan teman lebah madu Lilo terbang ke tempat Bunbun makan. Dengan cepat dan membabi buta mereka bergantian menyengat badan Bunbun. Dari kepala hingga kaki, Bunbun si jerapah sombong itu kesakitan. Dia berteriak minta tolong, “Tolong, tolong, tolong. Usir lebah ini dari badanku.” Katanya.

Sayang, tak satu pun hewan datang menolong si jerepah malang saat itu. Tubuhnya memerah penuh dengan bentol-bentol. Bahkan kelopak mata si jerapah bengkak akibat sengatan lebah. Matanya sulit melihat.

Para lebah : “Rasakan kamu jerapah sombong. Itu pelejaran buatmu yang suka menyakiti teman kami.” Ucap kawanan lebah.

Setelah kawanan lebah puas menyengat si jerapah, mereka pun pergi. Tinggallah Bunbun sendirian yang merintih kesakitan. Dia menangis tak kuasa menahan sakit di sekujur tubuhnya. Dalam sakitnya, Bunbun menyesal. Ia menyesali perbuatannya pada lebah madu yang diganggunya di atas pohon tadi.

Esok harinya, bagai langit yang terbalik. Berkat pengalaman buruk kemarin, ia tersadar. Di padang rumput para hewan melihat tingkah laku baru pada si jerapah. Bunbun si jerapah panjang leher yang sombong menghampiri hewan yang pernah dia sakiti. Ia meminta maaf atas sifatnya yang congkak dan membuat malu hewan-hewan disana di masa lalu.

Syukurlah, ketulusan hati Bunbun meminta maaf membuka hati para hewan yang pernah ia sakiti. Semuanya memaafkan Bunbun dan menerimanya kembali ditengah-tengah mereka.

Pesan Moral : Jadilah manusia yang rendah hati, tidak perlu merendahkan orang lain. Karena dengan kerendahan hatimu akan membuat semua orang bahagia.

Fabel Jerapah Panjang leher yang Sombong
Fabel Jerapah yang Sombong

Baca Juga : Fabel Tupai dan Kura-Kura

Unsur Intrinsik Fabel Jerapah yang Sombong


  1. Tokoh Utama : Bunbun si Jerapah Panjang Leher yang Sombong
  2. Tokoh Pembantu : Niko, Miki, Piku dan Lilo.
  3. Latar Tempat : Padang rumput
  4. Alur : Maju
  5. Tema : Kesombongan
  6. Amanat : Ada dalam pesan moral di atas


Demikianlah kisah Fabel Jerapah si Panjang Leher yang Sombong karangan kak Rasyid hari ini. Bagaimana ceritanya. Bagus, kan? Semoga cerita fabel jerapah yang congkak di atas menjadi pelajaran untuk kita bersama.

Salam hangat

Berlangganan update artikel terbaru via email:

2 Komentar untuk "Cerita Fabel Jerapah si Panjang Leher yang Sombong"

  1. Ternyata jerapah mudah sombong kalah dengan lebah, aduh malunya ya.
    Untung teman-temannya tidak mau balas dendam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, mas Bumi baca lengkap ceritanya ya ..

      Semoga terhibur..

      Fabel di atas, bisa jadi bacaan yang bagus buat anak dan adiknya mas sendiri, karena di akhir cerita ada pesan moral yang baik bagi perkembangan psikologi anak.

      Hapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel